
“Maaf untuk teman-teman yang nggak kebagian tiket… kami nggak sangka sambutannya akan semeriah ini. Terima kasih. Kami akan selalu memberikan yang terbaik di waktu mendatang” , ucap Aprilia Apsari (Sari) seusai lagu pembuka, Sabda Alam dimainkan untuk mengawali White Shoes and The Couples Company (WSATCC) Konser di Cikini. Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki pada Rabu (05/09) malam memang dipenuhi para penikmat musik yang turut merayakan 13 tahun lamanya WSATCC hadir menghadirkan nuansa pop yang berbeda pada ranah musik tanah air. Tiket yang terbagi menjadi dua kelas, yakni lantai satu dan balkon sudah ludes sejak dijual secara online mulai Juli lalu, sementara sisa 100 tiket yang dijual pada hari-H di lokasi langsung habis terjual dalam waktu kurang lebih satu jam. Sebuah antusiasme yang bagi saya pantas diberikan untuk band sekelas WSATCC.

Konser malam itu dibagi dalam dua sesi dengan selingan istirahat 15 menit. Sari sang vokalis tampil enerjik dalam dress merah yang sangat lucu, senyum mengembang di wajahnya sepanjang malam. Seperti biasanya, ia menari dengan anggun pada setiap lagu. Sesi pertama WSATCC membawakan lagu-lagu dari album mereka, antara lain Aksi Kucing, Pelan Tapi Pasti, Super Reuni, Vakansi, Matahari, Tentang Cita, Selangkah Ke Seberang,Te O Rendang O, Windu Defrina, dan Lembe-Lembe. Selain itu Sari berduet dengan Mela membawakan cover version dari Stephanie Says milik Velvet Underground, dengan kolaborasi iringan biola Mela dan permainan gitar Sari. Pada kesempatan lain, Ale dan Ricky juga tak mau kalah berduet membawakan versi instrumental dari lagu Kapiten dan Gadis Desa dengan cello dan gitar.

Pada sesi kedua WSATCC tampi dengan set panggung yang lebih meriah. Para personil suda berganti baju. Panggung disulap menjadi “Jakarta Tempoe Doelo” dengan Monumen Bundaran HI sebagai latar belakangnya. Tampak pula pertokoan dengan ciri khas bangunan lama, dan yang menarik perhatian, di sudut kiri panggung terdapat sebuah pangkas rambut, lengkap dengan orang yang tengah dicukur rambutnya oleh seorang tukang cukur. Pada sesi kedua ini WSATCC juga diiringi oleh orkestra yang dipimpin oleh Indra Perkasa. The Typewriter milik Leroy Anderson menjadi lagu pembuka yang dibawakan pada sesi kedua, dengan penampilan John pada mesin tik nya. Selanjutnya lagu-lagu hits seperti Senja Menggila, Sunday Memory Lane, Roman Ketiga, dan lainnnya dibawakan dengan apik, tak ketinggalan lagu favorite saya, Kampus Kemarau dan Rented Room. Pada lagu Kisah dari Selatan Jakarta mereka memberikan kejutan dengan kehadiran Oom Leo yang turut bernyanyi dengan Sari.


Sesi terakhir ini pun ditutup dengan lagu Masa Remadja dan confetti pun ditembakkan bersamaan dengan salam perpisahan dari WSATCC. Para penonton pun memberikan standing applause dan setelah para personil WSATCC pergi dari panggung, mereka pun kembali untuk encore, yang disambut dengan riang gembira oleh para penonton yang kemudian beranjak dari tempat duduknya masing-masing untuk memenuhi bibir panggung sambil menyanyi bersama pada lagu Ye Good Ol’ Days dan Nothing to Fear.


Akhirnya kegelisahan saya selama 2 jam lebih duduk manis terbalaskan juga di lagu encore. Terima kasih saya ucapkan untuk WSATCC untuk konsernya yang sungguh heartwarming. Sampai jumpa, (semoga tidak) 7 tahun lagi di Konser berikutnya.
P.S: maaf untuk foto seadanya, karena saya tidak bawa proper kamera
Leave a Reply